MACAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
Berapa teknik pengendaliannya antara lain:
1. Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian
tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya.
Menurut
Pedigo (1996) dalam Untung (2006) sebagian besar teknik pengendalian
secara budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran yang
akan dicapai, yaitu 1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu
kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT
menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak kerusakan tanaman.
Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis:
a. Menggunakan
varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas domestik
adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok terhadap
lingkungannya.
- Varietas grendeng
- Varietas beras hitam
b. Rotasi
Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis
tanaman yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman tersebut
bukan merupakan inang hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada
musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim
berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim sebelumnya
dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi tanaman paling efektif untuk
mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit dan kemampuan
migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif makan. Contoh rotasi
tanamn misalnya (Untung, 2006):
- Pergiliran
tanaman antara kedelai antara tanaman bukan kacang-kacangan dapat
mengendalikan hama-hama penting seperti lalat bibit kacang (Agromyza phaseoli), kutu kedelai (Bemicia tabaci).
- Di Dieng, kubis biasa dirotasikan dengan kentang, jagung atau kacang dieng.
c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
d. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk pengendalian instar hama yang berada dalam tanah. Misal:
- Pengolahan tanah sangat efektif untuk membunuh telur belalang kembara (Locusta migratoria) yang selalu diletakan di dalam tanah.
- Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri)
mempunyai fase larva dan pupa di dalam tanah, sehingga pengolahan tanah
dapat mengangkat pupa dan memutus siklus perkembangannya.
e. Tumpang
Sari dan variasi penanamn serta pemanenan: tumpang sari dapat
mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya.
Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama.
Misalnya:
- Panen
dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang
lain pada hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari
petak hamparan tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian
pertanaman yang lebih muda dan belum dipanen.
- Tumpang
sari antara kentang dan bawang daun, tagetes ataupun lobak relatif
dapat menekan populasi hama penting tanaman kentang (Setiawati, 2005).
f. Pemangkasan
dan Penjarangan: kegiatan pemangkasan terkait dengan kebersihan
tanaman. Sedangkan penjarangan terkait dengan jarak tanam optimum suatu
tanaman.
- Pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena infeksi sehingga tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain.
- Penjarangan
tanaman dapat meningkatkan produktifitas. Jarak tanam dapat pula
mempengaruhi populasi hama. Pada tanaman padi, jarak yang terlalu dekat
menguntungkan perkembangan dan kehidupan wereng coklat.
g. Pemupukan: tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan OPT. beberapa pengeruh pemupukan terhadap serangan OPT antara lain:
- Optimalisasi
pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena pemupukan N yang
berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan mudah terserang OPT.
- Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan OPT.
2. Pengendalian Secara Hayati (Biological Methods)
Merupakan
taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau
memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan
populasi hama.
Musuh
alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai
fator pengatur dan pengendali populasi serangga yang efektif karena
sifat pengaturannya yang tergantung kepadatan populasi inang atau
mangsa. Peningkatan populasi inang akan ditanggapi secara numerik
(respon numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan secara
fungsional (respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh
alami.
Beberapa tindakan antara lain:
a. pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator. Misalnya:
- mengendalikan hama tikus dengan memelihara burung hantu disekitar areal tanaman.
- Dengan menggunakan mikroorganisme antagonis seperti Tricodherma sp.
b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami, Misalnya:
- Introduksi kumbang vedalia (Rodolia cardinalis) dari Australia ke California untuk mengendalikan hama kutu perisai (Icerya purchasi) yang menyerang jeruk.
- Introduksi parasitoid Tetrasitichus brontisapae dari Jawa ke Sulawesi dapat berhasil menekan populasi hama kelapa Brontispa longissima.
c. perlindungan dan dorongan musuh alami. Misalnya:
- Campsomeris sp menyerang uret
- Tricodherma sp menyerang telur penggerek batang tebu.
3. Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik.
Mengendalikan
menggunakan tindakan-tindakan antara lain 1) Mematikan hama, 2)
Mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara
non-pestisida, 3) mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga
lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan OPT.
Beberapa tindakan tersebut yaitu:
a. penghancuran
dengan tangan. Cara ini dailkukan dengan mencari adanya hama dan
selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup hama yang dikumpulkan dan
dibunuh adalah yang mudah dtemukan seperti telur dan larva. Atau dapat
pula mengumpulkan bagian tanaman yang terserang hama. Misal:
- pengumpulan kelompok telur dan larva instar ke-3 untuk pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura).
- Pengendalian hama penggerak batang tebu (Schiropophaga nivella) adalah dengan memotong dan mengumpulkan pucuk tanaman tebu yang terserang.
b. menutup
dengan jaring atau paranet. Dapat dilakukan untuk mencegah masuknya
atau mengganggunya ngengat yang akan berkembang biak pada tanaman.
c. Perangkap. Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Misal:
- Kepiting
mati yang diletakan di sekeliling pertanaman padi mampi menekan
populasi walang sangit. Bau busk yang ditimbulkan kepiting mati dapat
menjadi penarik bagi walang sangit. Dan apa bila sudah terkumpul, walang
sangit dapat segera dimusnahkan.
- Gadung
atau jagung dapat dijadikan umpan untuk mengendalikan tikus. Tikus juga
dapat diperangkap dengan perangkap yang terbuat dari besi maupun bambu.
d. perlakuan
panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran, frekuenditas,
kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. Setiap perubahan
faktor fisik mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut. Misal:
- mengendalikan
hama uret dengan membalikan tanah. Telur yang terdapat didalam tanah
akan terangkat ke permukaan dan akan terkena sinar matahari secara terus
menerus yang menyebabkan tempeeratur dan kelembaban berbeda dengan
keadaan semula. Hal ini mengakibatkan telur tidak menetas.
- Pengendalian hama gudang dapat dilakukan dengan memanaskan gudang dengan pemanas pada kisaran suhu tertentu.
e. penggunaan
lampu perangkap. Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga terhadap
cahaya lampu fungsi utama lampu ini hanya menarik perhatrian serangga
yang selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat dikendalikan dengan
ditangkap. Misal:
- pengendalian wereng hijau.
- Lampu petromaks dapat dijadikan perangkap penggerak batang padi putih.
f. Suara.
Penggunaan gelombang suara. Secara teoritik ada tiga metode
pengendalian menggunakan suara. 1) penggunaan intensitas suara yangs
angat tinggi sehingga dapat merusak serangga, 2) Penggunaan suara lemah
guna mengusir serangga, dan 3) Merekam dan memperdengarkan suara yang
diproduksikan serangga guna mengganggu parilaku serangga sasaran. Misal:
- Penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mengurangi populasi hama burung yang menyerang tanamn bebijian.
4. Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian
dengan cara ini merupakan pengendalian yang biasanya dilakukan sebagai
alternatif terakhir. Karena kebanyakan masing menggunakan bahan kimia
sintetik yang membahayakan. Akan tetapi pada dasarnya penggunaan bahan
kimia untuk pengendalian OPT tidak serta merta membasmi keseluruhan opt
dengan membunuhnya. Bahan kimia yang banyak dikenal untuk melakukan
pemberantasan hama adalah pestisida. Di bidang pertanian penggunhaan
pestisida mampu menekan kehilangan hasil tanaman akibat serangan hama
dan penyakit yang memungkinkan peningkatan produksi pertanian dapat
dicapai.
Beberapa kelompok pada pembahasan ini antara lain:
a. Atraktan. Merupakan senyawa yang berfungsi menarik serangga pada lokasi yang mengandung zat tersebut. Misalnya:
- minyak sereh wangi (Andropogon nardus) bersifat atraktan terhadap lalat buah baik jantan maupun betina (Zulfitriany, 2004)
- Hasil
penelitian Guntur (2010) menunjukkan bahwa atraktan nabati ekstrak
selasih dan ekstrak daun wangi mampu memerangkap hama lalat buah jantan.
b. Repelen. Merupakan senyawa penolak hama atau pengusir hama dari objek yang mempunyai senyawa tersebut. Misalnya:
- Menggunakan
bagian tanaman suren terbukti merupakan repellant (pengusir atau
penolak) serangga, termasuk nyamuk. Daun dan kulit kayunya beraroma
cukup tajam. Secara tradisional, petani
menggunakan daun suren untuk menghalau hama serangga tanaman dan dapat
digunakan dalam keadaan hidup (Jayusman, 2006 dalam Suhaendah, 2008).
- Beberapa minyak atsiri yang umum dipakai sebagai penolak serangga (insect repellent) diantaranya berasal dari bunga lavender, eucaliptus, kulit jeruk,
c. Insektisida.
Merupakan senyawa yang digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman jenis insekta atau serangga. Misalnya:
- Daun Azadirachta indica dapat mengendalikan Plutella xylostela pada kubis.
- Insektisida kimia sintetik seperti: organoklorin, karbamat.
d. Sterilan:
merupakan senyawa yang digunakanuntuk mensterilkan suatu ruang dari
organisme misalkan sterilan tanah artinya mensterilkan tanah dari
keberadaan organisme.
e. Growth
Inhibitor. Merupakan senyawa yang difungsikan untuk menghambat
pertumbuhan serangga. Dalam istilah lain disebutkan dengan IGR yaitu
Insect Growth regulator. Merupakan senyawa yang dapat merubah atau
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan serangga. IGR pada
hakikatnya menggunakan aktivitas normal endokrin serangga. Pengaruh IGR
tersebut dapat terjadi pada waktu perkembangan embrionik, perkembangan
larva atau nimfa, metamorfosis, proses reproduksi, ataupun perilaku
diapause. Beberapa kelompok IGR antar lain:
- Ekdison, yaitu hormon pengganti kulit
- IGR penghambat khitin yaitu buprofezin pernah diaplikasikan untuk mengendalikan hama wereng coklat di Indonesia.
5. Pengendalian Secara Genetik
Pengendalian
ini lebih ditujukan terhadap usaha-usaha rekayasa genetik untuk
menciptakan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT tertentu ataupun
dengan memanipulasi genetik OPT sehingga opt tersebut tidak dapat
berkembang biak. Beberapa tindakan yang termasuk kedalam pembahasan bab
ini adalah:
a. penggunaan
varietas tahan. Merupakan pengendalian paling efektif, murah dan kurang
berbahaya bagi lingkungan. Varietas tahan diperoleh melalui serangkaian
penelitian dengan memecahkan kelemahan dari hama tertentu. Teknik
pengembangan tanaman tahan hama sengaja memanfaatkan proses pembentukan
sifat ketahanan dan perlawanan tanaman terhadap serangan serangga
herbivora yang terjadi secara koevolusioner di alam. Beberapa contoh
pengendalian ini adalah:
- penggunaan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) terbukti mampu mengendalikan haam wereng coklat padi di Indonesia.
- Salah satu varietas jagung yang mengandung 2,4-hydroxy-7-methoxy-2H-1,4-benxoaxazin-3(4H)-one (DIMBOA) pada jagung untuk memperoleh ketahanan terhadap penggerek batang jagung Ostrinia (Untung, 2006).
b. Pengendalian
Dengan Serangga Mandul. Disebut juga teknik otosidal merupakan teknik
pengendalian hama dengan pemab\ndulan serangga jantan, serangga betina
atau keduanya. Serangga mandul sudah mulai banyak diupayakan katrena
efektifitasnya mengurangi populasi serangga tersebut. Misalnya dengan
melepas jantan atau betina mandul, maka ketika terjadi perkawinan, tidak
lah terbentuk keturunan dan dalam jangka waktu tertentu akan sangat
mengurangi populasi hama tersebut. Beberapa contoh pengendalian dengan
pemandulan hama:
- Teknik
pelepasan jantan mandul secara besar-besaran pernah dilakukan di
Florida, Puerto Rico dan Amerika Selatan untuk pengendalian “screwworm” Cochliomyia hominivorax yaitu lalat ayang menyerang ternak.
- Dapat pula dipadukan dengan teknik pengendalian hayati, yaitu pelepasan telur Habrobracon hebetor lebih efektif mengendalikan hama Ephestia cautella bila jenis jantan dimandulkan terlebih dahulu.
6. Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan.
Salah
satu alternatif pengendalian OPT adalah dengan menggunakan peraturan
yang telah diterapkan pemerintah setempat. Peraturan-peraturan yang
telah dibuat pada dasarnya ditujukan untuk mempersempit penyebaran OPT
ke daeerah lain maupun mengatur tindakan-tindakan yang sekiranya dapat
menimbulkan adanya serangan OPT. Beberapa tindkan pengendalian
menggubnakan regulasi diantaranya:
a. Karantina
Tanaman Dan Binatang. Dengan adanya tata aturan mengenai karantina
yaitu suatu tindakan isolasi terhadap suatu barang dalam hal ini adalah
tanaman dan binatang sebelum di manfaatkan secara luas di suatu wilayah,
maka penyebaran OPT yang adpat disebabkan dari luar adaerah dapat
dihindari. Dasar hukum pelaksanaan karantina adalah UU No
16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Beberapa
contoh pengaruh karantina terhadap pencegahan penyebaran adalah:
- Pemberian kategori Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) seprti OPTK golongan 1 kategori A1 yaitu Corynebacterium flaccumfaciens, bakteri yang menyerang benih kedelai yang masih beredar di USA.
- Klasifikasi OPTP (Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting) misalnya pada kasus OPTP penting adalah penyakit rebah kecambah (Phytium sp.),penyakit Tilletia caries pada gandung yang sering terbawa oleh benih.
b. Program
Pemberantasan dan Penekanan. Bebrapa tindakan pemberantasan dan
penekanan terhadap perkembangan OPT telah dilakukan antara lain:
- Mengganti tanaman Kopi Arabika yang notabene lebih enak akan tetapi mudah terserang Hemilia vastatrix dengan Kopi robusta.
- Pemusnahan dengan membakar, menghancurkan maupun mengubur OPT maupun bagian yang terserang untuk menghindari penyebaran.
DAFTAR PUSTAKA
Guntur, Nova Dwi. Dkk. 2010. Pengaruh Atraktan Nabati Ekstrak Selasih (Ocimum sanctum l.) Dan Daun Wangi (Melaleuca bracteata l.) Terhadap Lalat Buah Jantan (Diptera: trypetidae) pada Tanaman Mentimun. Universitas Lampung. Lampung
Setiawati, A. Dkk. 2005. Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara Kultur Teknik pada Tanaman Kentang. J. Hort. 15(4):288-296.
Suhaendah, Endah. Dkk. 2008. Uji Ekstrak Daun Suren Dan Beauveria Bassiana Terhadap Mortalitas Ulat Kantong Pada Tanaman Sengon. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Jawa Barat
Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Zulfitriany, D.M. dkk. 2004. Pemanfaatan Minyak Sereh (Andropogon nardus l.) Sebagai Atraktan Berperekat Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Pada Pertanaman Mangga. J. Sains & Teknologi, Desember 2004, Vol. 4 No.3: 123-129
Tidak ada komentar :
Posting Komentar